Kamis, 17 Desember 2009

Pertunjukan di Tengah Malam

Langit tak hanya mencurahkan airnya pada pengujung 2009. Hujan meteor Geminid juga "menyiram" Bumi dengan pertunjukan cahaya yang memukau. "Puncaknya Minggu malam sampai Senin subuh tadi (kemarin)," kata Kepala Observatorium Bosscha, Lembang, Taufik Hidayat kemarin.

Pada saat puncak, yang berlangsung pada pukul 22.00-05.00 WIB, bisa terlontar 40-100 bintang per jam. Cahaya berupa garis-garis api terang di langit malam itu terjadi akibat gesekan meteor dengan atmosfer di angkasa.

Meski tak sebesar hujan meteor Perseid, Geminid dianggap lebih memikat karena intensitasnya amat tinggi. Bahkan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menganggap Geminid sebagai "hujan meteor terbaik 2009".

Puncak hujan meteor Geminid pada 13-14 Desember itu juga bertepatan dengan bulan baru, sehingga memberi kondisi pengamatan yang ideal. Bulan baru membuat langit gelap, sehingga para pengamat bintang dapat menonton hujan meteor hingga 140 meteor per jam.

Orang yang tinggal di Asia, khususnya Cina dan Indonesia, memperoleh "kursi khusus" dalam pertunjukan tengah malam itu, dan bisa menyaksikan lebih dari 300 meteor per jam. Sayangnya, langit mendung di Bandung dan Jakarta semalam menghalangi pertunjukan istimewa itu.

Tapi, jangan khawatir, fenomena alam itu rutin menggelar "permainan cahaya" setiap tahun pada Desember. Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Bandung Thomas Djamaluddin menyatakan hujan meteor Geminid masih berlangsung hingga 17 Desember mendatang. Namun intensitas hujan meteornya makin berkurang setelah melewati masa puncak.

Peneliti utama Astronomi dan Astrofisika Lapan itu mengatakan hujan meteor tersebut berlangsung sejak 7 Desember lalu. Geminid berasal dari sebuah komet mati 3200 Phaeton. "Dulunya komet, lalu selubungnya habis, kini tinggal intinya," katanya.

Geminid terbentuk ketika inti komet yang tersusun dari es kotor yang tidak solid dan membawa banyak debu dan es antariksa itu terbakar ketika mengelilingi matahari. Karena garis orbitnya lonjong akibat gravitasi matahari, komet itu berpotongan dengan orbit Bumi. "Muatannya yang terlepas selama perjalanan masuk ke Bumi," kata Taufik.

Di angkasa, partikel itu hancur oleh gesekan atmosfer. Menjadi abu atau kerikil berukuran paling besar 2-3 sentimeter. "Tidak berbahaya bagi Bumi," katanya.

Selama setahun ini, kata Taufik, sebenarnya banyak terjadi hujan meteor di langit, tapi ada yang terlihat dan yang tidak, bergantung pada tingkat keterangan meteornya. Fenomena yang cukup terang, misalnya hujan meteor Orionid, Leonid, dan Geminid. "Hampir tiap satu bulan sekali ada hujan meteor," ujarnya.

Hujan meteor Geminid muncul dari arah rasi bintang Gemini. Letaknya dekat dengan bintang Orion, di sebelah kiri agak ke atas. Rasi bintang Orion mudah dikenali dari bentuknya, berupa tiga titik bintang sejajar miring, yang bisa ditarik garis lurus.

Hujan meteor itu, kata Taufik, bisa disaksikan mulai pukul 10.00. Saat itu letaknya berada di langit sebelah timur. Berlangsung hingga menjelang fajar, posisinya akan berubah ke sebelah barat. Tapi disarankan menyaksikan hujan meteor tersebut pada tengah malam. Saat itulah waktu terbaik karena posisinya tepat di atas kepala.

Untuk menyaksikan pertunjukan itu, orang tak memerlukan teleskop. Meski demikian, Djamaluddin memberi saran agar para pengamat mencari tempat yang jauh dari polusi cahaya kota dan permukiman padat agar dapat melihat hujan meteor secara optimal. Polusi cahaya membuat obyek-obyek di langit kurang jelas terlihat. "Cari tempat terbuka yang tidak berpolusi cahaya," ujarnya. "Tentunya ada satu syarat yang harus terpenuhi, langit malam cerah tak berawan."

Sejumlah astronom yakin intensitas Geminid kian meningkat setiap tahun, sebanyak 120-160 meteor per jam ketika "hujan" berlangsung. Bila kondisi cuaca cerah, orang bisa menyaksikan 100 bintang jatuh per jam, atau rata-rata hampir dua bintang jatuh tiap menit.

Ketika Geminid pertama kali muncul pada akhir abad ke-19, tak lama sebelum pecah perang sipil Amerika, hujan meteor itu hanya sedikit, sehingga tak mengundang banyak perhatian. Kini hujan meteor Geminid adalah salah satu fenomena alam yang ditunggu para pengamat bintang. "Geminid amat kuat dan terus bertambah besar," kata Bill Cooke dari Meteoroid Environment Office NASA.

Meningkatnya intensitas hujan meteor Geminid karena pengaruh medan gravitasi Jupiter terhadap sistem arus serpihan Phaethon, sehingga menyebabkan Geminid bergeser semakin mendekati orbit Bumi.



sumber:http://www.tempointeraktif.com/hg/sains/2009/12/16/brk,20091216-214280,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar